Rabu, 25 Januari 2023

Sosialisasi Zakat Melalui Radio

Oleh: Sayed Muhammad Husen

Seorang sahabat dari Baitul Mal Kabupaten (BMK) mengirim pesan singkat: “Ukir Prestasi.” Dia tahu ketika itu saya sedang menunggu jadwal talk show di Radio Seulaweut FM, Banda Aceh. Spontan saja saya balas singkat: “Bikin Sejarah.” Maksud saya bikin sejarah lewat talk show. Mungkin yang dia pikirkan, bahwa Baitul Mal patut lebih serius mengukir prestasi dan mengkumunikasikan kepada publik melalui radio. Prestasi yang kita capai tentu saja jika tak dikomunikasikan, orang tak akan tahu bahwa kita telah berprestasi.

Saya mengartikan prestasi itu dengan sejarah yang kita buat sekarang dan akan benar-benar menjadi sejarah pada masa akan datang. Sejarah yang kita bikin hari itu, adalah talk show zakat di radio. Talk show adalah peristiwa atau fakta yang disiarkan, direkam, didokumentasikan, serta akan menjadi bukti sejarah, bahwa saya dan Hamdani M. Ali (alm) telah menjadi motivator zakat di radio. Talk show itu juga menjadi bukti, kami pernah hidup.

Spirit bikin sejarah sebanarnya menjadi kekuatan pendorong bagi amil (profesional) untuk bekerja lebih sungguh-sungguh dan melakukan hal-hal terbaik bagi gerakan zakat di Aceh. Salah satu yang terbaik itu: mensosialisasikan atau mempromosikan gerakan zakat di radio. Sosialisasi itu akan berdampak pada lahirnya kepercayaan dan keyakinan publik terhadap apa yang telah dan sedang dikerjakan oleh Baitul Mal.

Dalam konteks ini, radio menjadi media strategis dalam membudayakan zakat, infak, wakaf,  dan harta agama lainnya. Hanya saja selama ini, Baitul Mal Aceh (BMA) dan Baitul Mal Kabupaten/Kota (BM) belum mengoptimalkan fungsi radio dalam membudayakan zakat. Penyebab pertama, bisa jadi akibat rendahnya pemahaman para amil tentang fungsi radio. Para amil masih mangandalkan media cetak dalam sosialisasi dan pemasyarakatan zakat. Kedua, terkait juga dengan lemahnya keterampilan amil untuk menjadi narasumber atau pemateri dalam talk show radio.

Untuk itu, BMA dan BMK sepatutnya menjalin kemitran dengan RRI dan radio siaran swasta di seluruh Aceh. Format acaranya dapat dipilih, bisa dalam bentuk talk show, iklan, atau siaran tunda. Bisa juga dalam bentuk news dengan cara mengirimkan pers rilis, yang kemudian disiarkan radio dalam bentuk berita. Dari segi biaya, radio termasuk lebih murah dibandingkan media cetak.

Pengalaman talk show interaktif hari itu, (1/3/2011), dari topik yang kami bahas “Optimaliasi Peran Baitul Mal Aceh” selama satu jam, telah terbentuk opini positif tentang kinerja BMA. Memang, kita juga mengakui bahwa BMA dan BMK belum optimal mengurus bidang wakaf dan perwalian anak yatim/yatim piatu, namun hal itu akan menjadi program utama tahun-tahun berikutnya.

Di akhir talk show saya sampaikan  mimpi  BMA 2004-2024: menjadikan Baitul Mal sebagai gerakan keadilan, gerakan pemberdayaan, dan gerakan perubahan yang efektif di Aceh.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar