Khutbah
Jumat:
Mewujudkan
Masa Depan Islam Gemilang
Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA
Umat Islam mencapai kejayaan dan
menjadi kuat dan mulia ketika mereka mengamalkan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.
Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah. Kejayaan umat Islam telah diraih dan
dibuktikan oleh generasi para sahabat Nabi SAW dengan mengamalkan Al-Quran dan
As-Sunnah dalam segala aspek kehidupan; aspek ekonomi, politik, negara, agama,
budaya dan sebagainya. Para sahabat menerima ajaran Islam langsung dari Rasul SAW
dan mengaktualisasikan dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika generasi para
sahabat diberi pujian dan predikat sebagai generasi terbaik umat Nabi Saw.
Pujian ini langsung diberikan oleh
Allah SWT dan para Nabi dan Rasul-Nya. Allah
SWTberfirman: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar.” (At-Taubah: 100).
Allah SWT juga berfirman: “Kalian
adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali
Imran: 110). Rasul SAW bersabda: “Sebaik-baiknya umatku adalah generasiku
(sahabat), kemudian generasi yang datang setelah mereka (tabi’in), kemudian
generasi yang datang setelah mereka (tabi’ut tabi’in).” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Para sahabat telah dipuji oleh
Allah SWT dan oleh Nabi Saw, karena mereka telah mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan mereka. Oleh karena itu, mencintai para sahabat merupakan bagian dari
aqidah Islam. Maka, kita wajib mencintai dan mencontoh para sahabat. Para
sahabat wajib dijadikan idola dan teladan dalam kehidupan kita saat ini, agar
umat Islam dapat meraih kembali kejayaan Islam seperti yang dialami oleh pada
masa para sahabat.
Untuk mewujudkan hari depan umat Islam
yang gemilang, maka kita wajib merujuk dan mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah
sebagaimana yang diaplikasikan oleh para sahabat. Di antara ajaran Al-Quran dan
As-Sunnah adalah mewujudkan ukhuwah Islamiah (persaudaraan sesama
muslim) dan menjauhi segala perbuatan dan perkataan yang merusak ukhuwah
Islamiah.
Ukhuwwah Islamiah merupakan ajaran Islam yang diperintahkan
dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan Ukhuwwah Islamiah akan terwujud
perdamaian dan persatuan umat Islam. Dengan terwujudnya persatuan umat Islam,
maka umat Islam akan menjadi umat yang kuat dan mulia seperti pada masa para
sahabat. Para sahabat saling mencintai dan mengasihi sesama mereka. Rasa Ukhuwwah
Islamiah ini telah dibangun dengan kokoh oleh Rasulullah SAW dan
dilanjutkan oleh para sahabat. Inilah rahasia kesuksesan dakwah Rasul SAW
sehingga terwujudnya peradaban dan kejayaan Islam pada masa para sahabat dan
generasi sesudahnya.
Al-Quran dan as-Sunnah memerintahkan
umat Islam untuk bersatu dalam aqidah Islam (aqidah Ahlussunnah wal jama’ah),
saling mencintai sesama saudara seagama dan seaqidah, saling membantu dan
mengasihi, dan membina ukhuwah islamiah. Sebaliknya, Al-Quran dan As-Sunnah melarang
umat Islam berpecah berai, berselisih, membuat konflik, dengki, memaki, menfitnah,
membenci, dan menyesatkan sesama muslim (ahlussunnah
wal jama’ah). Maka, wajib hukumnya bagi umat Islam untuk membangun dan
menjaga ukhuwah islamiah dan haram hukumnya merusak ukhuwah islamiah.
Allah SWT menegaskan bahwa umat
Islam bersaudara dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Orang-orang yang beriman
itu bersaudara.” (Al-Hujurat: 10). Begitu pula Rasul Saw telah menegaskan
bahwa umat Islam itu bersaudara dengan sabda beliau: “Seorang muslim itu
bersaudara dengan muslim yang lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Umat Islam itu bersaudara karena
satu agama (yaitu Islam) dan satu aqidah (yaitu aqidah ahlussunnah wal jama’ah).
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Saw dan
para sahabat dan bersatu dalam satu jama’ah. Secara fitrah, tabiat orang yang
bersaudara itu adalah saling mencintai dan mengasihi. Karena orang yang
memiliki hubungan persaudaraan itu pasti menyayangi dan mencintai saudaranya.
Umat Islam itu bersaudara, maka
sesama muslim wajib saling mencintai dan mengasihi. Bahkan mencintai saudaranya
muslim merupakan bukti kesempurnaan iman seseorang. Rasul SAW bersabda: “Salah
seorang diantara kalian belum beriman (dengan sempurna) sebelum ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Umat Islam wajib berlemah lembut
dan berkasih sayang terhadap saudaranya muslim. Sebaliknya, umat Islam harus
tegas, berani dan kuat terhadap orang-orang kafir. Allah SWT berfirman: “Muhammad
Itu utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Al-Fath: 29).
Allah SWTberfirman: “…yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir..” (Al-Maidah: 54).
Syaikh Shalih Al-‘Utsaimin
menjelaskan ayat tersebut (Al-Maidah: 54): “Demikianlah sifat seorang mukmin
yang hakiki berkenaan dengan saudara-saudaranya kaum muslimin yaitu rendah
diri, tawadhu, lemah lembut, dan toleran. Sedangkan berhadapan dengan
orang-orang kafir, maka dia lebih tinggi di atas orang-orang kafir. Dengan kata
lain, umat Islam merasa kuat dihadapan orang-orang kafir, tidak loyo, tidak
menunjukkan kecintaan kepadanya dan tidak cenderung kepadanya”. (Syarah
Riyadhush Shalihin: 4/304)
Umat Islam itu bersaudara, maka seorang
muslim tidak boleh menyakiti dan menzhalimi saudaranya muslim. Allah SWTberfirman:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58). Rasul SAW bersabda: “Seorang
muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya, maka tidak boleh
menzhaliminya, tidak boleh membiarkannya teraniaya dan tidak boleh menghinanya”
(HR. Muslim).
Umat Islam itu bersaudara, maka seorang
muslim tidak boleh dengki, membenci dan memboikot saudaranya muslim. Rasul SAW
bersabda: “Dan janganlah kalian saling dengki, jangan saling membenci dan jangan
saling membelakangi. Dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (HR.
Muslim). Dalam riwayat yang lain: “Janganlah kalian saling memboikot, jangan
saling membelakangi, dan jangan saling dengki. Jadilah kalian hamba Allah yang
bersaudara.” (HR. Muslim)
Umat Islam itu bersaudara, maka
seorang muslim tidak boleh menyesatkan saudaranya muslim (ahlussunnah wal jama’ah) tanpa ada
dalil yang qath’i (kuat) dan sharih (jelas). Rasul SAW bersabda: “Tidaklah
seseorang melemparkan tuduhan kepada orang lain dengan tuduhan kefasikan atau
kekafiran melainkan tuduhan itu kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata
tidak demikian.” (HR. Bukhari)
Umat Islam wajib bersatu dan haram
bercerai berai dan berselisih. Allah SWTberfirman: “Dan berpegang teguhlah
kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai..”
(Ali Imran: 103). Allah SWTjuga berfirman: “Dan janganlah kalian menjadi
orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka
keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang
berat.” (Ali ‘Imran: 105). Rasul SAW bersabda: “Allah akan menolong
seorang hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasul
SAW juga bersabda: “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti sebuah
bangunan, di mana sebahagian bangunannya menguatkan sebahagian yang lain.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Dengan bersatu umat Islam akan kuat, mulia dan jaya.
Sebaliknya dengan bercerai berai dan berselisih umat Islam akan lemah dan hina.
Allah SWTberfirman: “Dan janganlah kalian berselisih, yang menyebabkan
kalian menjadi gentar dan kekuatan kalian hilang..” (Al-Anfal: 46)
Umat Islam itu bersaudara, maka
umat Islam wajib saling membantu dan mengasihi sesama saudaranya. Allah SWT berfirman:
“Dan tolong menolonglah kalian dalam (berbuat) kebaikan dan ketakwaan, dan
janganlah kalian tolong menolong dalam (berbuat) dosa dan permusuhan.”
(Al-Maidah: 2). Rasulullah SAW bersabda: “Allah akan memberikan pertolongan
kepada seorang hamba selam ia menolong saudaranya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Umat wajib bersolidaritas terhadap
saudaranya yang lemah dan menderita. Sikap solidaritas itu dilakukan dengan ikut
merasakan penderitaannya dan mengasihinya serta menolongnya. Rasul Saw bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan, kasih sayang, kelembutan
mereka seperti satu badan. Jika salah satu anggota badan sakit, maka anggota
badan lainnya juga ikut merasakan sakit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikianlah ajaran-ajaran Al-Quran
dan As-Sunnah yang memerintahkan (mewajibkan) kepada kita untuk mewujudkan
ukhuwwah islamiah dengan bersatu, saling mencintai, mengasihi, membantu
sesama muslim dan sebagainya. Sebagaimana melarang (mengharamkan) kita merusak ukhuwah
islamiah dengan bercerai berai, berselisih, saling dengki, membenci,
memprovokasi, menfitnah, menyakiti, menzhalimi, menyesatkan sesama muslim dan
sebagainya. Semua perbuatan tersebut adalah perbuatan haram dan dosa besar.
Oleh karena itu, persoalan khilafiah
jangan sampai merusak ukhuwah islamiah dan menjadi perpecahan umat serta
membuat konflik, karena hal ini dilarang dan diharamkan dalam Islam. Persoalan
khilafiah harus disikapi dengan saling menghargai, menghormati, dan toleransi
sehingga terwujud ukhuwah islamiah. Semoga kita termasuk orang-orang yang
mendapat petunjuk, mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah dan berkomitmen dalam
syariat Allah Swt.
Khatib adalah Ketua Majelis
Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh dan
kandidat Doktor Ushul Fiqh pada
International Islamic University Malaysia (IIUM)