Ceramah Maulid
Pada Peringatan Maulid Nabi
Besar Muhmmad SAW
Oleh H. Masrul Aidi, Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Aceh Besar
Tanggal 22 Maret 2016/13
Jumadil Akhir 1437
di Halaman Gedung Baitul Mal
Aceh
Dengan Tema: Kita Tingkatkan
Etos Kerja, Keikhlasan dan Kredibelitas Amil Baitul Mal Aceh
Baitul Mal adalah kantor paling kaya pada Rasulullah Muhammad
SAW dan periode sahabat, karena pada masa itu semua harta terkumpul disini. Baitul
Mal ini adalah rumah harta, semua harta disimpan di kantor ini. Sekarang memang
kenangan Baitul Mal terbatas. Jadi kantor ini harus bisa mengelola harta
tersebut secara transparan dan tepat sasaran.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan, jika kita
terbangun di waktu pagi dalam keadaan aman, mendapati badan yang sehat dan
tersedia makanan untuk sehari, maka kita adalah orang yang kaya.
Dalam kehidupan ini ada tiga hal yang jarang kita
syukuri. Pertama, yang sering kita lakukan ketika bangun pagi membuat
ketidaknyamanan terhadap diri kita dan keluarga kita, padahal kenyamanan diwaktu
pagi adalah 1/3 kebahagian di dunia.
Kedua, terkait
dengan kesehatan, sehat badan itu
dimulai dari sehat hati, jika hati sakit, maka badan pun ikut sakit, walaupun
kita sudah menjaga kesehatan badan kita dengan makan makanan yang sehat.
Jika tidak percaya coba lihat, orang yang selalu menjaga
kesehatan badannya, namun selalu curiga dengan orang lain. Dia tidak makan sembarangan, karena takut tidak
steril, namun hati tidak dijaga dengan baik, maka orang tersebut rentan terkena
penyakit.
Tapi coba lihat orang gila, walaupun dia makan makanan
sampah, tidak pernah menjaga badannya dengan benar, namun tidak pernah kita
melihat orang gila sakit, karena hati mereka tidak dikotori dengan curiga
terhadap orang lain.
Orang gila tidak pernah curiga dengan orang waras, malah
orang waras yang selalu curiga pada orang gila.
Jadi, sakit itu tergantung bagaimana kita menikmati.
Kalau kita menikmati penderitaan, maka seberat apapun penderitaan yang kita
hadapi, kita pasti sanggup. Sementara kesehatan adalah mahkota yang ditempatkan
di kepala orang-orang yang sehat jiwanya.
Jangan pernah korbankan kesehatan untuk kekayaan kita, karena
kekayaan tersebut akan kita korbankan untuk kesehatan kita.
Ketiga, tersedia makanan untuk sehari. Persoalan kita
bukan pada miskin kaya pada harta, tetapi miskin kaya pada jiwa. Sementara kita
lebih senang mengaku miskin demi mendapatkan uang 100.000,-
Tidak ada seorangpun sahabat nabi yang ingin menurunkan
derajatnya dengan meminta-minta, walaupun mereka betul-betul dalam keadaan
kelaparan. Jadi jangan pernah mempertanyakan gaji, lakukan yang terbaik, maka
gaji akan datang dengan sendirinya. Jika kita bisa memberikan yang terbaik,
maka pekerjaan yang akan melamar kita.
Tugas amil melakukan yang terbaik, soal gaji biar dipikirkan
bendahara, karena itu tugas bendahara, untuk apa kita pikirkan.
Dalam hal pengelolaan zakat, zakat yang didapatkan dari
penduduk suatu wilayah, maka zakat tersebut harus disalurkan kepada penduduk
miskin di wilayah tersebut. Jika ada yang membayar zakat ke daerah lain, maka
zakatnya sah, tapi berdosa dalam prakteknya. Zakat sifatnya teritorial. Orang
kaya di suatu wilayah wajib bertanggungjawab terhadap orang miskin di wilayah
tempat dia mencari nafkah.
Yang menjadi masalah adalah, masih ada teungku-teungku di
kampung yang menyarankan kepada orang yang bekerja di luar kampung halamannya
untuk menyalurkan zakat kepada penduduk kampungnya, bukan di tempat dia mencari
nafkah. Hal ini disebabkan kita lebih mementingkan tradisi daripada referensi.
Jadi bukan kekayaan kita yang membuat kita terhormat,
tetapi kedermawanan kita akan membuat kita berwibawa dan terhormat. Semiskin
apapun kita, akan mulia dan terhormat karena kedermawanan kita.
Kemudian, zakat bukanlah sedekah orang kaya untuk orang
miskin, tapi zakat adalah hak fakir miskin yang disalurkan Allah melalui harta
orang kaya. Jadi zakat ini harus diberikan kepada orang miskin, tanpa membuat
mereka kehilangan rasa hormatnya.
Karena itu, amil Baitul Mal Aceh bukan duduk manis
menunggu orang datang membayar zakat, karena tugas amil bukan hanya sebagai pencatat
penjaga gudang. Amil bertugas mencari orang yang berpotensi membayar zakat,
kemudian mengumpulkan atau mengutip zakat tersebut, dicatat dan diantarkan
kepada mustahik.
Tugas kita adalah mengangkat derajat kaum miskin dengan
mengantar zakat ke rumah mereka. Jangan menyuruh mereka mengambil zakat ke
Baitul Mal, karena itu akan mempertontonkan kemiskinan dan merendahkan harga
diri mereka.
Selain itu, kalau kita menikmati proses, kita akan
menjadi pribadi yang berbahagia, walau hasilnya tak seberapa. Jika kita tidak
bisa meikmati proses, tapi hanya mengharapkan hasilnya saja, maka kita adalah
orang yang gagal. (smh)